Kamu
Kala itu musim hujan, beribu rintikan air jatuh membasahi tanah. Aku melihatnya satu persatu dan menghela nafas. Rasanya sesak, seperti ada yang mengganjal. Seharusnya jatuh cinta bukan seperti ini. Seharusnya aku bisa merasakan bahagia, tapi mengapa yang ada hanyalah keresahan hati?
Jatuh cinta itu ketika kita saling berpegangan tangan dan bahagia bersama. Bukan aku yang terus menarikmu untuk pergi dari orang lain. Jatuh cinta begitu sederhana, seperti kamu menyukai produk terbaru kosmetik dan ingin mendapatkannya. Kita baru seumur jagung, kamu belum mengenal aku begitupun aku belum mengenal kamu. Rasanya seperti lelucon, lelucon yang sangat lucu hingga kamu sulit untuk tertawa.
Bahkan kita belum bertemu! Jangan membuat rencana yang membuatku melambung tinggi. Aku capek, sungguh. Kita seperti sandal dengan ukuran berbeda, tidak cocok. Bagaimana bisa aku harus terus mencari topik pembicaraan? Kamu tidak mengerti, bagaimana aku terus berusaha untuk membuat kita saling berbicara dan kamu hanya diam. Diam dan diam, menyebutku aneh ketika aku hanya tertawa untuk mengisi kekosongan.
Percayalah, kamu harus belajar untuk mengerti bahwa aku disini juga terluka, karnamu.
Komentar
Posting Komentar