Pergi
Waktu, bisakah aku putar ulang?
Ah tidak, jika waktu tidak bisa kuputar ulang, bisakah aku mengerti bagaimana waktu berjalan?
Aku seperti kembali tersentak pada kenyataan bahwa kamu memang sudah pergi dariku
Pergi seperti angin, tidak tahu kapan kembali namun bisa saja muncul dengan tiba - tiba
Hilang sekejab.
Awalnya aku merasa, kamu telah memberikanku pegangan kembali.
mengapa?
Bukannya kita sudah tidak akan berhubungan kembali?
Bukankah perpisahan kemarin adalah hal terakhir yang seharusnya kita lakukan?
Awalnya, aku tersenyum mengejek
Semudah ini? Semudah ini aku masih bisa berhubungan denganmu?
Sampai aku kembali larut dalam dunia kita
Larut dalam canda dan tawa bahkan kamu memberikanku semangat seakan - akan kamu akan tetap berada di sampingku. Menyuruhku untuk berpengan tangan karena kamu takut aku jatuh.
Sayangnya mimpi selalu lebih indah dan kenyataan selalu terasa lebih pahit
Situasi ini seperti air dan minyak, tidak akan bisa menyatu walau aku sudah berusaha untuk mengaduknya beberapa kali. Percuma.
Kamu tau?
Awalnya aku ingin bertanya, mengapa kamu selalu membuatku kembali terjebak dalam dunia ini.
Baru akan kumuntahkan seluruh pertanyaan yang ada di benakku
Baru saja aku ingin menyuruhmu pergi, jangan kembali lagi bukankah dulu kamu akan seperti itukan?
Bukankah kamu seharusnya telah pergikan?
Beruntung, aku kembali menelannya walaupun terasa sangat memualkan dan pahit
Aku sekarang mengerti.
Kamu membalasnya lebih cepat bukan karena ingin memberikanku sebuah harapan
Kamu memberikan canda dan tawa bukan berarti ingin mengajakku kembali larut dalam dunia kita yang membahagiakan
Kamu memberikan semangat bukan karena ingin memberikanku sebuah penopang
Tapi karena kamu tau
setelah ini perpisahan yang nyata akan datang
kamu akan benar - benar pergi, menuju pintu yang akan terkunci
Aku tidak akan bisa membukanya dan percuma saja jika aku berteriak memanggil namamu atau mencoba mendobrak pintu itu
Semua percuma, tidak akan bisa
dan piintu itu sekarang sudah semakin nyata, berdiri kokoh di depanku
haruskah aku menunggumu? berapa lama?
aku saja tidak tau kapan kamu kembali membuka pintu itu
Aku yakin, kecil kemungkinan kamu mengingat dimana kunci itu tersimpan
Lagipula bukankah kamu sudah menyuruhku pergi?
Lantas mengapa aku harus menunggu?
Jadi, perpisahan ini terasa lebih menyakitkan ya?
Tidak ada lagi air mata yang keluar
Bukan karena aku tersenyum dan merelakanmu
Tapi ini terlalu sakit, hingga aku tidak bisa mengeluarkannya
Aku sungguh - sungguh merasa beruntung tidak menyuruhmu pergi terlebih dahulu
Karena sekarang kamu akan benar - benar pergi
Hati - hati, jaga dirimu baik - baik ya?
Aku mohon.
Sesakit inikah?
Bahkan aku masih ingin terus mendorongmu untuk maju
Berada di sampingmu sebagai salah satu orang yang terus kamu cari jika putus asa sudah menyerangmu
Sebagai salah satu orang yang menjadi tempat keluh kesalmu
Ah, ingat satu hal
Aku sudah bukan siapa-siapa lagi
Aku tidak berhak, bahkan walaupun aku mau itu tidak akan bisa.
Sungguh, kamu membuatku harus berjuang lebih keras
Ferra as N
Ah tidak, jika waktu tidak bisa kuputar ulang, bisakah aku mengerti bagaimana waktu berjalan?
Aku seperti kembali tersentak pada kenyataan bahwa kamu memang sudah pergi dariku
Pergi seperti angin, tidak tahu kapan kembali namun bisa saja muncul dengan tiba - tiba
Hilang sekejab.
Awalnya aku merasa, kamu telah memberikanku pegangan kembali.
mengapa?
Bukannya kita sudah tidak akan berhubungan kembali?
Bukankah perpisahan kemarin adalah hal terakhir yang seharusnya kita lakukan?
Awalnya, aku tersenyum mengejek
Semudah ini? Semudah ini aku masih bisa berhubungan denganmu?
Sampai aku kembali larut dalam dunia kita
Larut dalam canda dan tawa bahkan kamu memberikanku semangat seakan - akan kamu akan tetap berada di sampingku. Menyuruhku untuk berpengan tangan karena kamu takut aku jatuh.
Sayangnya mimpi selalu lebih indah dan kenyataan selalu terasa lebih pahit
Situasi ini seperti air dan minyak, tidak akan bisa menyatu walau aku sudah berusaha untuk mengaduknya beberapa kali. Percuma.
Kamu tau?
Awalnya aku ingin bertanya, mengapa kamu selalu membuatku kembali terjebak dalam dunia ini.
Baru akan kumuntahkan seluruh pertanyaan yang ada di benakku
Baru saja aku ingin menyuruhmu pergi, jangan kembali lagi bukankah dulu kamu akan seperti itukan?
Bukankah kamu seharusnya telah pergikan?
Beruntung, aku kembali menelannya walaupun terasa sangat memualkan dan pahit
Aku sekarang mengerti.
Kamu membalasnya lebih cepat bukan karena ingin memberikanku sebuah harapan
Kamu memberikan canda dan tawa bukan berarti ingin mengajakku kembali larut dalam dunia kita yang membahagiakan
Kamu memberikan semangat bukan karena ingin memberikanku sebuah penopang
Tapi karena kamu tau
setelah ini perpisahan yang nyata akan datang
kamu akan benar - benar pergi, menuju pintu yang akan terkunci
Aku tidak akan bisa membukanya dan percuma saja jika aku berteriak memanggil namamu atau mencoba mendobrak pintu itu
Semua percuma, tidak akan bisa
dan piintu itu sekarang sudah semakin nyata, berdiri kokoh di depanku
haruskah aku menunggumu? berapa lama?
aku saja tidak tau kapan kamu kembali membuka pintu itu
Aku yakin, kecil kemungkinan kamu mengingat dimana kunci itu tersimpan
Lagipula bukankah kamu sudah menyuruhku pergi?
Lantas mengapa aku harus menunggu?
Jadi, perpisahan ini terasa lebih menyakitkan ya?
Tidak ada lagi air mata yang keluar
Bukan karena aku tersenyum dan merelakanmu
Tapi ini terlalu sakit, hingga aku tidak bisa mengeluarkannya
Aku sungguh - sungguh merasa beruntung tidak menyuruhmu pergi terlebih dahulu
Karena sekarang kamu akan benar - benar pergi
Hati - hati, jaga dirimu baik - baik ya?
Aku mohon.
Sesakit inikah?
Bahkan aku masih ingin terus mendorongmu untuk maju
Berada di sampingmu sebagai salah satu orang yang terus kamu cari jika putus asa sudah menyerangmu
Sebagai salah satu orang yang menjadi tempat keluh kesalmu
Ah, ingat satu hal
Aku sudah bukan siapa-siapa lagi
Aku tidak berhak, bahkan walaupun aku mau itu tidak akan bisa.
Sungguh, kamu membuatku harus berjuang lebih keras
Ferra as N
Komentar
Posting Komentar