Di belakangmu.

Hai, sebenarnya aku bukan orang yang pandai merangkai kata demi kata. Aku bukan orang yang bisa mengarang cerita dengan baik. Aku hanyalah orang biasa yang menjalani setiap harinya dengan biasa. Namun aku selalu berusaha untuk menuliskan sedikit cerita disini.

Seperti saat ini, hujan terus turun membasahi bumi. Aku tidak terlalu memperhatikan setiap tetes yang mengalir, aku hanya mendengarkan setiap tetes hujan yang turun menyentuh tanah. Ah sudahlah, coretan ini bukan untuk membahas hujan. Sudah kuceritakan berbagai pengalaman tentang hujan. Hujan memang mempunyai banyak cerita.

Aku di depan laptop, seperti biasa hanya menjelajahi dunia internet. Menelusuri setiap web yang ada dan aku teringat tentang blog temanku. Aku suka membaca setiap kalimat yang ia tulis. Kata demi katanya tidak terlalu puitis namun dapat langsung dimengerti. Aku selalu suka apa yang orang tulis dan aku selalu ingin mencobanya.

Aku juga ingin bercerita. Mungkin kamu sudah terlalu sering mendengarkan cerita ini. Siapa lagi kalau cowok berwajah polos dan jutek itu? Siapa lagi yang membuatku terpaku setiap melihatnya? Siapa lagi kalau bukan si 12 yang selalu memakai jaket dan membawa helm ketika pulang? Aku sudah terlalu hapal apa yang ia kenakan, aku selalu memutar memory itu setiap saat. 

Bahkan aku sudah melanggar janjiku untuk melupakannya. Bagaimana bisa aku melupakan seseorang yang selalu menorehkan cerita di memoryku? Aku tidak bisa melupakan itu, setitikpun. Aku selalu bosan menceritakan moment yang tercipta. Langkahmu kadang membuatku menoleh lalu diam terpaku. Kapan ya aku bisa biasa saja dengan kehadiramu? Kapan ya aku bisa berhenti membicarakanmu?

Seakan tidak ada habisnya padahal sudah tidak ada lagi komunikasi yang kulakukan denganmu. Aku hanya terlalu kecewa. Mengapa pada akhirnya aku harus kembali lagi dari awal. Mengapa aku memotong tali ketika aku masih membutuhkannya untuk memanjat tebing?

Aku hanya berusaha untuk menghancurkan semua kekecewaan yang ada. Aku memang pemimpi paling handal padahal kenyataan selalu menjadi bayanganku, ia selalu bersiap untuk menghancurkan mimpiku dan sebanyak apapun aku berusaha untuk mengungkapkannya aku tetap merasa sesak. Hey, bisakah kalian memberitahuku bagaimana caranya? Cara menghilangkan sesak ini?

Sepertinya aku memang cewek yang paling sedih di dunia. Aku hanya mengeceng seorang cowok, memang beberapa moment tercipta namun aku tak pernah menjalin hubungan dengannya. Lalu mengapa aku sampai seperti ini? seakan-akan aku sudah lama menjalin hubungan dengannya dan ketika putus aku tidak bisa melupakannya. Dia bukan mantanku. Bukan sama sekali.

Apakah aku terkena karma? Dulu aku memang pernah sedikit mencela seseorang. Seseorang yang menyukai sahabatku. Dia cinta mati -sepertinya- tetapi sahabatku itu mengabaikannya seolah-olah dia tak pernah ada dan aku selalu heran mengapa seseorang itu menyukai sahabatku hingga berlebihan seperti itu?

Apakah sekarang aku yang menjadi tokohnya? yang benar saja! oh, Tuhan memang adil. Tuhan mungkin ingin aku merasakannya. Berapa lama ya aku harus merasa sesak seperti ini? Memutar setiap memory yang ada. cih, aku memang sudah gila. 


Hey kamu, cowok yang sering kupanggil 12, cowok berwajah putih, bermata sipit tinggi dengan rambut lurusmu. Belajarlah untuk jadi orang ramah ya walaupun tak bisa kupingkiri jutekmu itu yang selalu membuatku tersenyum.

Aku selalu mengucapkan dalam hati. Jika kamu menyuruhku berhenti maka aku akan berhenti lalu tuhan mendengarkannya. Ah, kupikir aku bisa langsung berhenti ternyata butuh proses. mengapa menyukaimu begitu mudah sedangkan melupakanmu begitu sulit? Seperti katamu kau membuatku kecanduan.

Sebenarnya aku hanya ingin berteman lagi dengamu. Aku harap suatu saat nanti kita bisa berkenalan dengan baik. Aku harap suatu saat nanti kamu menyadari apa maksudku selama ini. Suatu saat aku ingin kau mengunblock lineku. Harapan hanya harapan tapi jika itu terjadi aku sangat bersyukur.

Ah ya, ini aku punya salah satu fotomu yang diambil oleh temanku sebelumnya kita sempat saling melihat ketika hujan turun. Ini hanya terlihat dari belakang dan disinilah aku. Selalu dibelakangmu, menyembunyikan siapa identitasku yang sebenarnya. Aku terlalu malu dan tidak kusadari malu itulah yang menghancurkanku lebih dalam.


Terima kasih, setidaknya kamu mau memberikan coretan untukku walau akhirnya kamu melangkah semakin cepat dan jauh. Meninggalkanku dengan segudang rasa penyesalan. Di belakangmu.

Salam hangat
nona Ferra.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

tentangmu

Berpetualang (part 1)

Kamu