12

hey kamu.
Aku heran, mengapa kamu bisa - bisanya menarikku seperti ini?
membangkitkan seluruh keberanianku untuk mengejarmu?
Tidak peduli semua orang mentapku, aku tetap mengejarmu!

Apakah kamu bosan?
jenuh? malu? kau ingin aku pergi? begitukah?
Kau tak memberikan sedikit waktumu?

Aku heran, aku bingung.
Bisakah kamu menjawab pertanyaanku?
Bisakah kamu menjelaskan apa maumu?
Aku masih bingung apa yang harus aku lakukan!

Aku masih terus berputar, entah sudah berapa putaran yang telah aku jalani. Awalnya aku fikir ini adalah sebuah pejuangan untuk membuatmu berbicara kepadaku. Ini sudah 2 bulan lebih. Aku kesal, sungguh. Kau yang menoleh, membantuku untuk naik lalu kau melepaskanku. Saat aku terjatuh, kau tiba - tiba datang dan membawaku kembali ke atas. Aku senang, kau menjatuhkannya lagi. Maumu apa?

Kau fikir aku senang? kau fikir aku tidak lelah?
Aku juga lelah! aku marah kepada hati dan otak yang selalu tak mengerti keadaan. Otakku selalu berfikir bahwa aku sudah terlalu jauh. Aku membuang waktuku untuk kamu. Kamu yang tidak menghasilkan apapun untukku. Kau yang mungkin menganggapku pengganggu? ingin tau?

Hatiku. Rasa ingin tauku. Jika kau mengucapkan apa yang kau inginkan aku tak akan berlari lagi. Aku hanya ingin tau apa yang ada di fikiranmu tentangku. Hanya tinggal beberapa minggu. Kumohon hanya tinggal beberapa minggu.

Aku tak akan menanyakan lagi 'apakah kamu mengerti'? Kufikir tidak hanya kamu yang harus mengerti tetapi juga aku. Sialnya, aku yang bodoh ini tidak mengerti apa maksudmu. Apa maumu, jika kau tidak mengatakannya mungkin aku akan terus berlari dan berlari.

Ini konyol, kekonyolan hidup, kebodohan hidup, ketololan hidup.
Inikah yang dinamakan cinta? sebegitu rumitkah? Memang terasa menyenangkan, kau bisa saja tersenyum sepanjang hari. Anehnya, seharian aku tersenyum maka aku akan tau cepat atau lambat senyum itu juga akan hilang ditelan waktu. Aku selalu mencoba untuk menghibur diriku sendiri seperti
"dia pasti bales kok"
dan ternyata tidak.
lalu, aku mencoba untuk tak terlalu berharap
"dia gak akan bales gak akan."
Dan aku sadar, semakin aku memberitahu kenyataan yang begitu pahit, semakin aku terluka karena terkadang perkiraanku benar. Fikiran yang terlalu menyakitkan itu menjadi  bongkahan yang tak tertahankan.
Helaan nafas yang kuhembuskan seakan - akan dapat melepaskan apa yang aku rasakan. Sesak. Ini sungguh menyiksa.

Namun sekali lagi aku katakan, hati tak bisa dipengaruhi oleh otak. Ujung - ujungnya aku akan mengikuti hati juga. Apakah ini akan menyakiti lagi dan lagi? Kumohon. aku terjebak dalam kebingungan.


Can you reply my question?
12?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

tentangmu

Kamu

Berpetualang (part 1)