Hujan

Kala itu hujan turun lagi, amat deras. Sialnya aku harus pergi ke kolam renang. Tentu saja tugas sekolah. Yap, hari ini ada tes  renang dan aku bukan orang yang mempunyai fisik yang kuat. Selain aku mendapatkan 'tamu' pada setiap bulan aku juga tidak tahan dingin. Jadi jika aku tidak kedatangan 'tamu'pun aku tetap tidak akan renang. Aku alergi udara dingin, lalu pikirlah sendiri bagaimana yang akan terjadi jika aku berenang di tengah hujan yang lebat? Maaf, aku masih ingin berjalan-jalan besok,  bukannya meringkuk di tempat tidur.

Diantar papa tercinta, aku masuk dan membeli tiket. Kolam renang penuh sesak -tentu saja-. Penuh oleh angkatan dari sekolahku. Aku mencari teman-teman kelasku disetiap sisi kolam renang. Saat mataku menemukan mereka, buru-buru aku menghampiri walaupun harus terkena rintikan hujan terlebih dulu.

Aku benci hujan, hujan membuatku basah dan kedinginan. Tidakkah sinar matahari yang hangat lebih menyenangkan?

Aku tau, setiap orang yang tidak melakukan tes akan diberi beberapa pertanyaan. Hal gampang karena jika satu orang telah menyelesaikannya maka teman-teman yang lain akan menjadikannya pedoman. Semua melihatnya, tinggal tulis lalu kumpulkan. Bereskan?  aku benar-benar bersyukur karena pertanyaan itu hanya 5 soal dan temanku sudah menyelesaikannya. buru-buru aku menyalin, papaku menunggu di depan jadi aku tidak akan berlama-lama disini. Jika sudah selesai menyalin aku akan segera pulang. 

Semua tempat basah, hujan benar-benar menyeramkan.

Semua kulakukan dengan cepat, meminta kertas dari buku teman dan mengambil pulpen di tas. Sialnya, tidak ada tempat untuk aku duduk. Ah bisa kamu bayangkan aku menulis dengan berpangku kaki tidak jongkok hanya membungkuk 90 derajat. Susah memang dijelaskan, intinya itu sangat menganggu. Pulpenku jadi macet dan aku tidak bisa menulis dengan baik sedangkan aku harus cepat -cepat menyelesaikan tugas ini. 

Aku merajuk pelan, kepada temanku yang duduk paling ujung, maksudku disebelahnya adalah kelas lain berarti dia ujung kelas kami bukan? Aku ingin duduk, sungguh atau tidakkah dia meminjamkan buku? Jadi setidaknya jika aku berdiri aku punya alas untuk menulis. Sialnya dia tidak mau dan menyuruhku untuk duduk di sebelahnya. Aku melirik sekilas, tempatnya sempit dan aku tidak yakin bisa duduk.

Hey, tunggu sebentar, aku melihat ada seorang laki-laki yang duduk, mengerjakan tugas juga seperti kami. Santai.

Dia.

Cowok yang kuperhatikan setiap hari senin. Hidungnya yang mancung. arghh 

Buru-buru aku duduk di sebelah temanku itu. Aku tidak peduli lagi dengan space yang ada. yang terpenting aku duduk disebelahnya. Walaupun -sungguh- pantatku hanya mendapatkan sedikit space untuk duduk tapi tak apalah yang terpenting aku duduk disebelahnya. Kesempatan tidak muncul 2 kalikan?

Dia berbicara

Sungguh ditengah-tengah konsentrasiku menulis, dia memanggil temannya. Otomatis, konsentrasiku terbelah menjadi dua. oh god, selama ini aku tidak pernah mendengar suaranya. Jadi sebisa mungkin aku merekam bagaimana suaranya. Walaupun susah karena aku menulis dengan terburu-buru.

Siku kami saling bersentuhan

Aku tersenyum tipis, teman sebelahku terus saja berbisik, mengomentari cowok itu. Dia berkata bahwa sebelahku ganteng. Dan terus menggodaku. Mengatakan aku beruntung. 

"Tentu saja bodoh, akukan memang menyukainya" batinku

Sayangnya itu tidak terjadi terlalu lama karena tiba-tiba temanku duduk diantara aku dan dia. Sial, padahal aku berharap lebih lama lagi. Padahal aku berharap temanku tidak duduk disana. Ya begitulah hingga muncul lagi temanku yang lain dan dengan santainya dia meminta space kepada dia. Jadi dia bergeser lebih jauh lagi. Hingga dia akhirnya berdiri atau mungkin juga telah selesai mengerjakan tugas karena kulihat dia sudah memasukan semua alat tulisnya dan berdiri sambil memakai ranselnya.

Untungnya aku juga sudah selesai mengerjakan jadi buru-buru aku membereskan alat tulis dan menitipkan kertasku kepada teman untuk dikumpulkan. Sebelum benar benar pergi aku kembali meliriknya sekilas lalu berpamitan kepada teman-temanku dan bener benar pergi.

Aku membenci hujan tapi mengapa kejadian tak terduga yang kuimpikan selalu terjadi saat hujan turun?

Gadis pembenci hujan 
Ferra 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

tentangmu

Berpetualang (part 1)

Kamu