Pulang

Hari ini aku pulang, setelah sekian lama menimbang-nimbang. Rasanya tetap sama, semua orang masih membuka lebar-lebar pintu masuk, seakan memang itulah yang seharusnya aku lakukan dari dulu, pulang. 

Aku baru menyadari, setelah sekian lama berlabuh, bahwa masih ada satu rumah yang seharusnya kudatangi, masih ada satu rumah yang menyimpan cerita kerja kerasku. Hari ini aku seperti dibawa kembali oleh sebuah cerita, dimana dulu  aku masih penasaran dan ingin tau. Dimana aku masih berlonjak kegirangan ketika belajar, bagaimana dulu aku berusaha sangat keras untuk bisa tampil.

Aku masih ingat ketika salah satu seniorku, menyukai setiap tetes hujan dan aku sangat membenci hujan. Ah hujan, latihan ketika hujan besar. Suara dentuman yang kutimbulkan masih bisa terdengar, berlomba-lomba untuk menutup derasnya hujan yang turun. 

Aku masih ingat ketika kita berlatih tidak mengenal waktu, dimarahi orang belakang sekolah, dilempari batu ataupun di banjur oleh air. Memang tidak kena, tapi itu merupakan salah satu hal yag fantasis. Padahal kami hanya ingin berlatih, agar bisa tampil lebih maksimal, salahkah?

Jangan lupakan degupan jantung yang terasa sangat cepat ketika beranjak tampil. Bagaimana doa yang kami bisikan sebelum suara-suara itu berdenting seirama. Penonton tidak akan tau bagaimana rasanya semua itu, mereka tidak akan mengerti bagaimana kerja keras kami. Jadi aku memang sedikit kecewa ketika perbandingan dulu dan sekarang begitu jelas. 

Demo, berlatih dari jauh-jauh hari, memakai gerakan yang buat pusing sepenuh mati. Panas-panasan sampai membakar seluruh tubuh. Kami memang tidak dimarahi untuk melatih mental, kami melatih mental dengan cara alami. Tidakkah kalian merasa berlatih di tengah lapangan pada siang hari tidak melatih mental? Hey itu sangat capek hingga aku ingin segera melesaikan latihan tersebut. Kami tidak boleh istirahat begitu saja.

Kami pernah jatuh bersama. Saat demo yang telah kami siapkan dari jauh-jauh hari lalu hancur seketika karena jadwal. Kami kecewa -tentu saja- dan masih banyak lagi hal-hal yang tidak terduga. Tampil itu tidak mudah, sedangkan penonton tidak mau taukan? Mereka ingin kami tampil sempurna. 

Jadi setelah sekian lama aku tidak pulang, akhirnya aku pulang juga. Merasakan sensasi kehidupan ketika kami memainkan alat bersama. Walaupun aku masih harus berusaha keras untuk mengimbangi. Ya, itu resiko. Resikoku karena tidak pernah datang lagi. Banyak wajah baru yang datang dan mungkin juga mereka tidak mengenaliku. Itu resiko juga. Tak apa, karena bermain bersama saja sudah cukup.

Kali ini aku pulang bukan karena keterpaksaan beberapa pihak, tapi karena aku rindu.
Rindu pada rumah lama yang dulu menghabiskan waktuku. 

Ruang di pojok sekolah.

Ferra

Komentar

Postingan populer dari blog ini

tentangmu

Berpetualang (part 1)

Kamu